NAMA
KELOMPOK:
1. ALMIRA
HIKMAH 10514880
2. AMALIATU
SALSIAH 10514932
3. RESTI
ANUGRAHSARI 19514092
4. WIMA
INDAH PERDANA 1C514253
5.
WINDY NILA TRESNA 1C514281
KELAS: 2PA08
JUDUL:
HUBUNGAN ANTARA MODEL KOMUNIKASI DUA ARAH ANTARA ATASAN DAN BAWAHAN DENGAN
MOTIVASI KERJA PADA BINTARA DI POLRESTA YOGYAKARTA.
Analisis
Hubungan Atasan dan Bawahan
Mulyana (2006) mengemukakan, salah satu model
komunikasi adalah model komunikasi dua arah. Apabila terdapat dua pihak yang
berkomunikasi maka keduanya dapat berperan sebagai komunikator dan komunikan
secara bergantian, saling mengirim pesan dan menerima pesan secara
berkelanjutan. Menurut Wexley & Yulk (1977), komunikasi dalam konteks
organisasi merupakan proses utama dalam organisasi, karena mencakup
kepemimpinan, perencanaan, pengontrolan, koordinasi, pelatihan, manajemen
konflik, pengambilan kebijakan, dan proses organisasi lainnya.
Hubungan model
komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan pada Bintara di Polresta
Yogyakarta termasuk ke dalam kepemimpinan transformasional karena interaksi
antara pemimpin dan pengikutnya, manajer dengan bawahannya ditandai oleh
pengaruh pemimpin atau manager untuk mengubah perilaku pengikutnya atau
bawahannya menjadi seseorang yang merasa mampu dan bermotivasi tinggi dan
berupaya mencapai prestasi kerja yang tinggi dan bermutu. Motivasi kerja yang
tinggi seharusnya dimiliki oleh anggota kepolisian. Setiap anggota kepolisian
dari jengjang pangkat Bintara hingga Perwira dituntut untuk memiliki tanggung
jawab yang tinggi, memiliki kepecayaan diri dalam kepercayaan diri dalam
melakukan tugas pantang menyerah serta menyukai tujuan lembaga kepolisian. Dari
lima aspek kepemimpinan tranformasional penelitian tersebut masuk ke dalam Idealizet influence karena pemimpin
berusaha mempengaruhi bawahan dengan menekankan pentingnya nilai-nilai dan
keyakinan untuk mencapai tujuan. Anggota kepolisian yang memiliki motivasi kerja seharusnya
memiliki kemampuan untuk menggerakkan sikap dan perilaku menuju sasaran yang
ingin dicapai oleh Polresta Yogyakarta.
Menurut Mc Clelland
(1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia,
yaitu :
1.
Need for achievement
2.
Need for afiliation
3.
Need for power
Penelitian ini masuk
dalam need for afilition yaitu
keinginan untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan akrab
(kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan social need-nya Masllow).
Terdapat hubungan yang positif antara komunikasi dua arah antara atasan dan
bawahan dengan motivasi kerja pada Bintara di Polresta Yogyakarta. Semakin
sering model komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan dilakukan, maka
semakin tinggi pula motivasi kerja pada Bintara. Sebaliknya, semakin rendah
atau jarang model komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan dilakukan, maka
semakin rendah pula motivasi kerja.
Analisis
Motivasi Kerja
Motivasi
berasal dari bahasa latin movere
yang berarti dorongan, daya penggerak
atau kekuatan yang menyebabkan suatu
tindakan
atau perbuatan. Hal tersebut diberikan
pada individu agar mampu mencapai tujuan
tertentu
(Steers & Poter, 1996). Robbins dan Judge (2008) mendefinisikan motivasi
sebagai
proses yang menjelaskan intensitas,
arah dan
ketekunan seorang individu untuk
mencapai
tujuannya. Motivasi adalah suatu proses
kebutuhan-kebutuhan yang mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan
yang mengarah kepada tercapainya tujuan
tersebut
(Munandar, 2001).
Maslow mengemukakan
kebutuhan akan motivasi berdasarkan lima tingkatan penting yaitu, kebutuhan fisiologis,
kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki, kebutuhan akan
penghargaan, kebutuhan aktualisasi diri. Dalam jurnal tersebut dikaitkan dengan
teori motivasi Maslow tentang aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui,
memahami dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan dan
keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari
potensinya).
Pada jurnal diatas
disebutkan bahwa sikap dan perilaku polri mencerminkan tinggi rendahnya
motivasi kerja. Dicontohkan seorang polri yang datang apel tepat waktu lebih
memiliki motivasi kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan polri yang datang
apel terlambat dan tidak melakukan tugas sesuai dengan standar.
Disebutkan bahwa
seseorang yang memiliki tanggung jawab yang tinggi maka memiliki motivasi yang
tinggi, dan seeorang yang memiliki tanggung jawab yang rendah maka memiliki
motivasi yang rendah. Karena aktualisasi diri merupakan perkembangan yang
paling tinggi dan penggunaan semua bakat
kita, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas kita, maka sikap dan perilaku
polri yang bertanggung jawab mencerminkan teori motivasi dari Maslow mengenai
aktualisasi diri yang memberikan arti bahwa seseorang yang bertanggung jawab
khususnya terhadap pekerjaaannya akan mengembangkan dan menggunakan semua
bakatnya, kualitas dan kapasitasnya dalam bekerja semaksimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta:
PT Kanisius.
Munandar,
A.S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Depok: Penerbit
Universitas Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar